Minggu, 28 Oktober 2012 - Dengan
argumentasi sederhana, para peneliti menunjukkan kalau alam itu rumit! Para
peneliti dari lembaga Niels Bohr membuat eksperimen sederhana yang menunjukkan
kalau alam melanggar akal sehat – dunia berbeda dari sebagian besar orang percaya.
Hasil ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah
Physical Review Letters.
Dalam fisika ada dua kategori: fisika
klasik dan fisika kuantum. Dalam fisika klasik, objek misalnya mobil atau bola,
memiliki posisi dan kecepatan. Ini bagaimana kita secara klasik melihat dunia
kita sehari-hari. Di dunia kuantum, benda dapat juga memiliki posisi dan
kecepatan, namun tidak di saat yang sama. Bukan semata karena kita tidak tahu
posisi dan kecepatan, tapi, kedua hal
ini memang tidak dapat ada secara bersamaan. Namun bagaimana kita tahu
kalau mereka tidak ada secara serempak? Dan dimana perbatasan dari kedua dunia
ini?
Para peneliti telah menemukan cara
baru menjawab pertanyaan ini.
Dalam fisika klasik, cahaya memiliki
medan listrik dan medan magnet sekaligus.“Apa yang ditunjukkan oleh studi kami
adalah cahaya dapat memiliki medan magnet dan medan listrik, namun tidak secara
bersamaan. Kami kemudian memberi bukti sederhana kalau eksperimen memecah
prinsip klasik. Dapat dikatakan kalau kami menunjukkan kalau cahaya memiliki
sifat kuantum, dan kita dapat memperluas ini pada sistem lain juga,” kata Eran
Kot.
Mekanika klasik dan non-klasik.
Tujuan penelitian ini adalah memahami dunia secara mendasar, namun ada juga
tantangan praktis untuk mengeksploitasi mekanika kuantum dalam konteks yang
lebih luas. Bagi cahaya tidaklah mengejutkan kalau ia berperilaku mekanis
kuantum, namun metode lain juga sedang dikembangkan untuk mempelajari sistem
lain.
“Kami berusaha mengembangkan komputer
kuantum masa depan dan kami karenanya perlu memahami batasan dimana sesuatu
berperilaku mekanis kuantum dan kapan ia berperilaku mekanis klasik,” kata
profesor fisika kuantum, Anders S Sorensen, menjelaskan kalau komputasi kuantum
harusnya tersusun dari sistem-sistem dengan sifat non klasik.
Sumber:
Jurnal : University of Copenhagen.
0 komentar:
Posting Komentar